Programmers atau web developers pasti tidak asing lagi dengan istilah bug di perangkat lunak Anda. Kata bug sendiri merupakan sebuah istilah dalam bahasa inggris yang berarti “serangga”. Namun, dalam arti sebenarnya, bug merupakan istilah yang digunakan dalam dunia teknologi untuk setiap kesalahan pengkodean dalam komputer. Lalu, apa itu bug dan jenis nya? Bagaimana Anda bisa mengetahui penyebab dan cara menghindari nya?
Yuk kita simak pembahasan lengkapnya lewat poin-poin di bawah ini!
- Apa Itu Bug?
- Jenis-Jenis Bug
- 1. Functional Bug
- 2. Visual Bug
- 3. Logical Bug
- 4. Security Bug
- 5. Workflow Bug
- Cara Menghindari Bug
- Kesimpulan
Apa Itu Bug?
Dalam teknologi komputer, bug adalah kesalahan pengkodean dalam program komputer. Sejatinya, apa itu Bug?
Bug hanyalah salah satu jenis masalah yang dapat dimiliki oleh suatu program. Program dapat berjalan tanpa bug. Namun, bisa saja program tersebut masih sulit digunakan.
Error semacam ini lebih sulit untuk dideteksi. Program yang dirancang dengan baik dan dikembangkan menggunakan proses yang terkontrol biasanya menghasilkan lebih sedikit bug. Di sini, bug dilihat per ribuan baris kode. Inilah sebabnya mengapa penting untuk memasukkan kegunaan dalam pengujian.
Bug sering ditemukan setelah produk dirilis atau selama pengujian beta publik. Ketika ini terjadi, maka seorang software engineer harus menemukan cara untuk mendeteksi penyebab bug. Mereka juga harus bisa menemukan solusi untuk masalah tersebut.
Jenis-Jenis Bug
Setelah memahami apa itu bug software, ternyata ada berbagai jenis bug menyebabkan komputer atau perangkat lunak terhambat dan bahkan tidak berfungsi.
Di bawah ini merupakan beberapa jenis bug komputer yang paling umum ditemui. Simak ulasan lengkapnya!
1. Functional Bug
Bug fungsional terkait dengan fungsionalitas perangkat lunak Anda. Contohnya ketika tombol tidak mengirimkan perintah dengan benar atau aplikasi yang tidak bisa dijalankan. Setiap kali Anda mengirim suatu perintah dan situs web/aplikasi tidak merespons seperti yang Anda harapkan, maka itu mungkin masalah fungsional.
Bug fungsional dikaitkan dengan fungsionalitas komponen perangkat lunak tertentu. Misalnya, tombol Login tidak mengizinkan pengguna untuk masuk, tombol Add to Cart yang tidak memperbarui troli, atau Search Bar yang tidak menanggapi permintaan pengguna, dan lain-lain.
Secara sederhana, komponen apa pun dalam aplikasi atau situs web yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya adalah bug fungsional.
Seringnya, bug muncul saat penguji melakukan pengujian fungsional yang komprehensif untuk aplikasi atau situs web mereka dalam kondisi pengguna yang sebenarnya. Tim perlu memastikan bahwa semua bug fungsional diselesaikan pada tahap awal untuk menghindari UX (User Experience) yang buruk ketika proses testing dan produksi.
2. Visual Bug
Visual Bug adalah masalah yang terkait dengan antarmuka (tampilan) pengguna (juga dikenal sebagai GUI) dari web atau aplikasi seluler. Meskipun bug ini tidak memiliki dampak fungsional, mereka dapat merusak pengalaman pengguna situs web atau aplikasi tertentu.
Beberapa contoh bug Visual adalah:
- Teks atau tombol tidak sejajar
- Gambar atau teks yang tumpang tindih
- Elemen yang terlihat sebagian
- Masalah tata letak yang responsif. Misalnya, rendering tombol di browser desktop mungkin tidak ditampilkan di browser seluler
Dalam beberapa kasus, bug visual menghalangi pengguna untuk mengakses fungsionalitas utama aplikasi. Dalam kasus seperti itu, bug itu perlu dilaporkan sebagai bug fungsional. Misalnya, jika gambar yang terdistorsi mencegah Anda mengakses tombol, itu adalah bug fungsional.
3. Logical Bug
Logical Bugs adalah kesalahan yang berarti bahwa meskipun komputer dapat menjalankan instruksinya, tetapi tidak bertindak seperti yang diinginkan oleh programmer atau pengguna.
Bugs jenis ini dapat mengakibatkan perilaku perangkat lunak yang tidak terduga dan bahkan crash secara tiba-tiba. Bug jenis ini umumnya terjadi karena kode yang tidak ditulis dengan cukup baik atau salah tafsir logika bisnis.
Contoh bug logis seperti ketika Anda membagi dua angka alih-alih menambahkannya bersama-sama tetapi malah menghasilkan hasil yang tidak terduga
4. Security Bug
Security Bugs adalah bugs pada perangkat lunak yang dapat dieksploitasi untuk mendapatkan akses atau hak “istimewa” yang tidak sah pada sistem komputer. Bugs jenis ini memiliki kerentanan keamanan dengan mengorbankan kerahasiaan data atau integritas data
Sama seperti bugs pada perangkat lunak lainnya, security bugs berasal dari akar penyebab yang umumnya dapat dilacak melalui analisis kasus, metodologi rekayasa perangkat lunak, atau pengujian jaminan kualitas.
5. Workflow Bug
Workflow Bug dapat dikaitkan dengan perjalanan pengguna (navigasi) aplikasi perangkat lunak. Contohya sebuah situs web di mana pengguna perlu mengisi formulir mengenai riwayat kesehatan mereka. Setelah mengisi formulir, pengguna memiliki tiga opsi untuk dipilih:
- Menyimpan
- Simpan dan keluar
- Halaman sebelumnya
Dari opsi yang tersedia, jika pengguna mengklik “Simpan dan Keluar”, pengguna bermaksud untuk menyimpan informasi yang dimasukkan dan kemudian keluar. Namun, jika mengklik tombol Simpan dan Keluar mengarah ke keluar dari formulir tanpa menyimpan informasi, maka bisa dipastikan terdapat workflow bugs di situs web tersebut.
Cara Menghindari Bug
Pada kenyataannya, tidak mungkin untuk mencegah bug dalam aplikasi atau situs web Anda secara total — nothing’s perfect! —Tetapi ada beberapa langkah sederhana atau teknik pencegahan yang dapat digunakan untuk mengurangi jumlah bug yang muncul dalam coding Anda.
Teknik pencegahan adalah teknik yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya bugs pada perangkat lunak. Berikut beberapa cara yang bisa Anda terapkan:
1. Test-Driven Development (TDD)/Pengembangan Berbasis tes
TDD mendorong pembuatan tes yang gagal untuk fitur/produk sebelum mengembangkan fitur/produk. Saat pengembangan untuk fitur/produk encapai penyelesaian, kasus uji mulai berlalu, memvalidasi perilaku yang diharapkan untuk fitur/produk.
Jika pengujian dibuat sebelum fitur/produk, kemungkinan fitur/produk mencapai pengguna akhir yang belum diuji sangat berkurang. TDD dapat berfungsi sebagai teknik yang ampuh untuk mencegah munculnya bug karena pengujian yang tidak memadai.
2. Continuous Integration Continuous Testing (CICT)
CICT menekankan bahwa setiap perubahan kode yang terintegrasi ke dalam repositori kode pusat harus secara otomatis diuji dengan kasus uji yang telah ditentukan. Dengan demikian, pengujian berkelanjutan hanya mungkin jika pengujian otomatis diterapkan dan terintegrasi dengan sistem CI/CD. Untuk mencapai CICT untuk suatu produk, sangat penting bahwa sistem otomasi pengujian terintegrasi dengan sistem pembuatan produk.
Memiliki saluran CICT untuk produk memastikan bahwa setiap regresi/suntikan dalam produk ditangkap segera setelah diperkenalkan. Ini menghemat banyak waktu dan upaya yang dihabiskan untuk melacak perubahan yang menyebabkan regresi/injeksi.
3. Behaviour Driven Development(BDD)/Pengembangan Berbasis Perilaku
BDD mendorong penggunaan Domain Specific Language (DSL) untuk komunikasi antara dan di dalam tim. Menggunakan DSL artinya membantu mengurangi miskomunikasi. Pastinya dibutuhkan komunikasi yang baik agar proses pengembangan software berjalan lancar.
Ketika BDD digunakan, tes dapat dibuat dalam bahasa teks sederhana seperti bahasa Inggris yang memudahkan semua orang dalam tim untuk berpartisipasi dalam membuat dan meninjau tes tanpa masuk ke seluk beluk sintaks kode.
Fleksibilitas dan transparansi dalam membuat dan meninjau kasus uji dapat banyak membantu dalam mengurangi bug yang terjadi karena kesenjangan komunikasi antara dan di dalam tim.
Kesimpulan
Mencegah bugs, jika memungkinkan, memang akan selalu berdampak baik untuk aplikasi atau situs web Anda. Namun, meskipun telah dilakukan upaya terbaik, beberapa bugs mungkin masih dapat dideteksi di perangkat lunak.
Akan tetapi, jangan khawatir! Selama bug ini tidak mengancam loyalitas pengguna produk atau aplikasi Anda, maka bisa dikatakan bahwa itu masih dalam batas wajar. Selain itu, jika Anda harus memilih antara mencegah bug dan menambahkan lebih banyak fitur ke sebuah aplikasi atau situs web, Anda perlu menemukan keseimbangan yang tepat di antara keduanya.
Nah, jika Anda ingin menjadi Software Engineer yang bisa mendeteksi bug, Anda bisa mulai belajar di Immersive Program! Tepatnya di kelas Quality Assurance Engineering. Tenang, ada jaminan bimbingan karir untuk mendapatkan kerja kok. Semoga membantu!