Apa Itu Prototype? Definisi, Tujuan, Contoh & Cara Kerja

Apa Itu Prototype? Definisi, Tujuan, Contoh & Cara Kerja
Ilustrasi membuat contoh prototype. Foto: Fabian Wiktor/Pexels https://www.pexels.com/photo/person-writing-on-white-paper-3471423/
','

' ); } ?>

Kamu tentu sudah tidak asing mendengar contoh prototype atau prototipe. Prototype atau purwarupa merupakan istilah untuk produk versi awal sebelum diluncurkan, tujuannya untuk menguji produk apakah layak rilis atau tidak. Nah, berikut pembahasannya! 

Daftar isi

Ilustrasi membuat contoh prototype. Foto: Fabian Wiktor/Pexels https://www.pexels.com/photo/person-writing-on-white-paper-3471423/
Ilustrasi membuat contoh prototype. Foto: Fabian Wiktor/Pexels.

1. Definisi prototype

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring (onlineprototype, prototipe atau purwarupa adalah model yang mula-mula (model asli) yang menjadi contoh; contoh baku; contoh khas. 

Sedangkan menurut laman Indeed, prototype juga merupakan cara untuk menciptakan model kerja untuk menguji nilai atau konsepnya. Nah, proses membuat prototype disebut prototyping. Prototyping adalah proses dasar untnuk mengembangkan produk baru melalui perwujudan fisik dari sebuah ide. 

Lalu, apa tujuan dan contoh prototype? Yuk scroll ke poin berikutnya! 

2. Tujuan prototype

Dilansir dari laman Indeed, prototype bertujuan untuk membantu desainer untuk mewujudkan konsep ke sesuatu yang fungsional dengan sketsa dasar dan material kasar, jika prototype digambar. 

Dengan prototype, desainer, engineer, atau tim bisnis dapat sama-sama memahami model kerja sebuah produk untuk dites sebelum disetujui untuk diproduksi secaramassal. 

Tidak hanya itu, melalui proses prototype, tim dapat menyelesaikan masalah dan mencoba desain baru sebelum masuk ke tahap final. 

Di samping itu, adanya prototyping, perusahaan dapat menghemat biaya dan waktu untuk mengurangi risiko eror atau kesalahan saat produk diluncurkan. Jadi tidak perlu lagi “bolak-balik” untuk testing atau perbaikan ketika produk sudah di pasaran. 

3. Jenis-jenis prototype

Dari segi kategorisasi, terdapat tiga jenis prototype, yakni paper prototypelow-fidelity prototype, dan high-fidelity prototype

Singkatnya, paper prototype yakni jenis prototype dengan menggunakan kertas, namun dapat menjelaskan kelebihan, kekurangan, hingga fungsionalitas produk. Sedangkan low-fidelity prototype yakni jenis prototype untuk membentuk sketsa produk yang menunjukkan alur atau flow. Terakhir, high-prototype yakni jenis prototype yang menggambarkan tampilan mendekati produk asilnya. 

Sementara itu, dari segi cara mewujudkan prototype, terdapat 10 jenis. Dilansir dari laman Entrepreneur, terdapat beberapa jenis prototype, mulai dari storyboard, animasi, mock-upwireframe, simulasi, film, feasibility prototyping, prototype horizontal, prototype rapid, dan prototype vertikal. Berikut pembahasan singkatnya yakni sebagai berikut. 

a. Storyboard

Jenis prototype dengan bantuan storyboard dapat mendeskripsikan sebuah calon produk dengan cerita dan menunjukkannya dengan urutan-urutan tertentu. Hasilnya, informasi tentang sebuah prototype akan jauh lebih rinci dan tergambar secara visual. 

b. Animasi

Jenis prototype dengan bantuan animasi dapat mendeskripsikan sebuah calon produk melalui gambar tiga dimensi (3D). Dapat dikatakan, cara ini membuat calon produk seolah-olah menjadi nyata. 

c. Mock-up

Kemudian, jenis prototype dengan mock-up sebenarnya hampir sama dengan animasi, namun ini versi lebih detail, meski fitur-fiturnya belum aktif. 

Dengan mock-up, kamu dapat membuat contoh prototype jadi lebih nyata dan interaktif lho. 

d. Wireframe

Jenis prototype dengan wireframe sebenarnya menggambarkan calon produk dari rangka-rangkanya, meskipun menggunakan ilustrasi atau skema. 

Dengan menggunakan wireframe, kamu bisa menggambarkan calon produk berupa layout, urutan atau sequence, arsitektur, dan bentuk-bentuknya. 

e. Simulasi

Jenis prototype dengan simulasi menggambarkan calon produk secara digital. Tujuannya, untuk memprediksi performa calon produk ketika diluncurkan di dunia nyata. 

f. Film atau video

Nah, jenis prototype dengan film atau video, ini termasuk wujud nyata dari storyboard, namun dengan versi audiovisual. Alhasil, kamu dapat melihat langsung prototype produk lebih nyata. 

g. Feasibility prototyping

Jenis prototype dengan feasibility prototyping biasanya digunakan untuk menentukan kelayakan calon produk dengan solusi-solusi yang beragam. 

Nah, dengan menggunakan feasibility prototype, kamu dapat mengatasi risiko teknis dalam pengembangan calon produk tersebut, baik dari segi performa, kompatibilita, fitur-fitur, dan sebagainya. 

h. Prototype horizontal

Jenis prototype horizontal merupakan jenis pengembangan calon produk memperjelas ruang lingkup dan syarat-syarat di dalamnya. 

Biasanya jenis prototyping ini digunakan untuk menguji tampilan antar muka (user interface) dalam bentuk gambar tangkapan layar (screenshot), serta menunjukkan layer terluar seperti windows, menu, dan layar. 

i. Prototype rapid

Jenis prototype rapid biasanya digunakan para engineer untuk mengawali model sebuah calon produk dengan desain 3D. Cara ini termasuk yang tercepat untuk memproduksi aplikasi, web, atau produk lainnya dalam jangka pendek. 

j. Prototype vertikal

Terakhir adalah jenis prototype vertikal, yang merupakan jenis prototyping di bagian back end sebuah calon produk, misalnya database

Dengan adanya prototype vertikal ini, engineer atau desainer dapat memperbaiki desain database atau komponen-komponen lainnya di tahap awal. 

4. Contoh prototype

Salah satu contoh prototype yang sering kamu jumpai di kehidupan sehari-hari adalah landing page. Landing page termasuk contoh prototype yang “sekaligus”, artinya kamu dapat membuat laman sambil mengetes strategi pemasaran, iklan, dan lain-lain. 

Contoh prototype lainnya adalah clickable wireframe. Nah, meskipun wireframe termasuk jenis prototype, namun ia termasuk jenis yang low-fidelity, karena didesain lebih simpel, bisa digunakan berulang, dan layout dapat diubah-ubah. Kamu bisa menggunakan clickable wireframe dengan Figma, misalnya. Sehingga, kamu dapat merancang representasi visual sebuah calon produk. Pernah menggunakan Figma? 

Baca juga: 15 Framework CSS untuk Belajar Front End, Yuk Cari Tahu!

5. Cara kerja prototype

Dilansir dari laman scaler, terdapat empat langkah untuk membuat prototype, mulai dari mengumpulkan informasi dan analisis, membuat keputusan awal yang cepat, membangun prototype, melakukan evaluasi pengguna, menyempurnakan prototype, hingga membangun produk final beserta pemeliharaannya. 

1. Mengumpulkan informasi dan analisis

Tahap pertama yakni mengumpulkan informasi dan analisis sebelum membuat prototype. Pada tahap ini, kamu dapat mewawancarai atau melakukan survei terhadap pengguna untuk mengumpulkan dan mendefinisikan persyaratan yang dibutuhkan untuk membangun sebuah produk, disertai dengan analisis teknis yang diperlukan. 

2. Membuat keputusan awal dengan cepat

Tahap kedua yakni membuat keputusan awal dengan cepat terhadap produk yang akan dirancang. Tahap ini memungkinkan kamu untuk merancang kasar sebuah calon produk melalui prototype. Karena sifatnya baru ide, jadi kamu akan menyempurnakannya di tahap selanjutnya. 

3. Membangun prototype

Tahap ketiga yakni membangun prototype. Beda dengan tahap kedua, di tahap ketiga ini, kamu menyempurnakan ide-ide kasar yang telah mendapat masukan dari tim. 

Di tahap ketiga, kamu dapat merancang prototype dengan tools tertentu, misalnya Figma, Adobe XD, dan lainnya. Tenang saja, karena ini masih tahap membangun, kamu dapat mencicilnya kok. 

4. Melakukan evaluasi pengguna

Tahap keempat yakni melakukan evaluasi pengguna. Di tahap ini, kamu sudah mempresentasikan prototype ke pengguna, setidaknya ke tim kamu, mulai dari kekuatan, kelebihan, hingga kesempatan untuk memperbaiki prototype lebih baik. Setelah itu, kamu bisa lanjut ke tahap berikutnya. 

5. Menyempurnakan prototype

Tahap kelima yakni menyempurnakan prototype. Di tahap ini, segala masukan dan kritik dari pengguna atau tim dapat kamu dapat diimplementasikan ke produk. 

Tidak hanya itu, pada tahap ini, kamu akan mengulang tahap-tahap sebelumnya untuk memastikan produk tersebut layak diluncurkan. 

6. Membangun produk final dan pemeliharaannya 

Tahap keenam yakni membangun produk final dan pemeliharaannya. Setelah memperbaiki produk di tahap-tahap sebelumnya, kamu dapat menyempurnakan produk secara final, beserta dengan pemeliharaan (maintenance)-nya. 

Nah, itulah pembahasan singkat mengenai definisi hingga contoh prototype. Semoga informasi ini dapat membantu kamu dalam membuat prototype pertama kamu ya!

Tertarik membangun contoh prototype pertama kamu? Yuk Daftar Immersive Program di Alterra Academy sekarang!

Leave a Reply