Framework CSS kamu perlukan untuk belajar front end engineering. Fungsinya yang memudahkan kamu untuk membuat desain website atau aplikasi, akan mempercepat pengaturan layout dan tema.
Nah, sebagai kerangka dari kumpulan kode-kode CSS, apa saja framework CSS terbaik menurut front end developers? Yuk intip 15 framework ini!
A. Apa Itu Framework CSS?
Sebelum masuk ke pembahasan jenis-jenis beserta contoh framework-nya, kamu perlu mengetahui definisinya. Apa itu framework CSS?
Dikutip dari laman Elementor, framework atau kerangka kerja CSS adalah sebuah pustaka CSS yang siap digunakan. CSS itu sendiri adalah singkatan dari Cascading Style Sheets. Nah, koleksi style sheet tersebut membuat pekerjaan front end developer atau pengembang UI (user interface) menjadi lebih mudah.
Framework ini menyediakan berbagai macam elemen desain, misalnya sistem grid, pola UI interaktif, tipografi, tombol, ikon, dan sebagainya. Kamu tinggal mengembangkan kerangka yang ada menjadi desain yang kamu inginkan.
Terus, apa saja contoh framework CSS? Salah satunya adalah Bootstrap. Nanti kita bahas lebih detail di poin selanjutnya ya!
Sekarang, bagaimana sih cara belajar dengan framework CSS? Yuk gulir ke poin berikutnya!
B. Bagaimana Belajar dengan Framework CSS?
Dilansir dari laman Glints, ternyata framework CSS juga perlu dipelajari loh. Oh iya supaya tidak lupa, kamu juga perlu mengetahui apa itu “framework”. Framework adalah kerangka kerja untuk mengembangkan aplikasi berbasis desktop atau website. Adanya framework dapat menjadi fondasi ketika kamu ingin mengembangkan desain.
Bisa dikatakan, framework adalah template, selanjutnya kamu tinggal mengisi, melengkapi, hingga mengembangkannya.
Baca juga: Apa Itu Framework? Pengertian dan Jenisnya
Meski berupa template, framework CSS perlu dipelajari karena memiliki banyak jenis koding. Selain Bootstrap, ada lagi Semantic UI, Gutenberg yang digunakan di WordPress, hingga Foundation. Semuanya memiliki keunikan koding.
Untuk itu, sebelum memulai belajar framework CSS, kamu perlu melakukan langkah-langkah berikut.
1. Pilih editor kode yang tepat sesuai kebutuhan
Cara belajar framework CSS yang pertama adalah memilih editor kode yang tepat dan sesuai kebutuhan. Dari beragam editor kode, mana yang tepat ya untuk kamu? Jawabannya, tergantung kebutuhan kamu. Opsi editor berikut dapat menjadi pilihan kamu seperti:
- Notepad++: Highlight sintaks agar mudah dibaca. Tersedia untuk Windows.
- Kite: Mendukung dalam email dan tersedia lebih dari 16 bahasa. Tersedia untuk Windows, macOS, dan Linux.
- Atom: Memiliki smart autocomplete dan dapat melakukan sinkronisasi jika kode ditulis dari platform lain. Tersedia untuk Windows, macOS, dan Linux.
- Visual Studio Code: Dapat terintegrasi dengan Git dan software configuration management lain dan melakukan debugging. Windows, macOS, dan Linux.
2. Pahami sintaks
Menurut laman MDN Web Docs, terdapat beberapa komponen sintaks framework CSS yang perlu kamu pahami, yakni selector dan declaration (property dan value). Berikut pembahasan singkatnya.
- Selector: Petunjuk kode HTML yang ingin diubah oleh perintah CSS yang kamu buat.
- Declaration: Merupakan sebutan yang menaungi property dan value.
- Property: Komponen desain yang ingin diubah, seperti font, ukuran font, warna, ketebalan dan sebagainya.
- Value: Pasangan dari properti yang menunjukkan hasil desain. Misalnya: property color, value red.
3. Banyak berlatih
Cara ketiga adalah banyak-banyak berlatih. Dengan memahami konsep, langsung berlatih membuat kamu makin cepat paham.
4. Ikut bootcamp di Immersive Program
Cara keempat belajar framework CSS, coba ikut bootcamp di Immersive Program. Belajar bareng yang dipandu developer ahli di bidang front end, akan membuat kamu lebih eksploratif dan membuka peluang bekerja.
Kamu juga bakal mendapatkan pengembangan skill dengan sesi 1-on-1 sebagai support system kamu. Bahkan, kamu juga bakal terhubung dengan hiring partner lho. Daftar Immersive Program Alterra Academy yuk!
5. Review dan perbaiki kode developer lain
Sudah khatam kodingan dan framework CSS? Nah saatnya eksplorasi dengan me-review dan memperbaiki kode dari developer lain. Kamu dapat mencarinya di GitHub atau komunitas koding di internet.
Upload kode kamu, siapa tahu ada interaksi dan diskusi dari situ, kan? Berikutnya, apa saja framework CSS terbaik menurut front end developer? Berikut pembahasannya!
C. Framework CSS Terbaik Menurut Front End Developers
Berikutnya, apa saja framework CSS terbaik menurut para front end developer?
Dirangkum dari berbagai sumber, setidaknya ada 15 framework terbaik yang dapat kamu jajal. Yuk bahas bareng!
1. Sanitize.css
Contoh framework yang pertama adalah Sanitize.css. Framework ini menyediakan pustaka CSS yang konsisten dengan gaya HTML yang cross-browser. Dilansir dari laman Github, Sanitize.css termasuk salah satu best-practice fondasi CSS.
Sanitize.css dikembangkan bersama normalize.css, yang artinya CSS ini memiliki dokumentasi dengan baik. Framework ini dapat membetulkan bugs dan inkonsistensi koding dalam browser. Sanitize.css juga didukung oleh berbagai browser.
2. Pure
Framework CSS terbaik yang kedua adalah Pure atau PureCSS. Dari segi kapasitas memang kecil, yakni sekitar 3,7 kb. Namun, kinerja Pure masih responsif. Kamu jadi lebih cepat deh membuat website atau aplikasi. Framework CSS Pure dibuat oleh Yahoo tahun 2014.
Fitur unggul dari Pure adalah, Pure dibangun dengan normalize.css, sehingga menjadikan tatanan layout dan styling HTML lebih praktis. Selain itu, pengembangannya mudah dan responsif di segala perangkat dan browser.
3. Miligram
Berikutnya framework CSS yang bisa kamu gunakan secara cepat adalah Miligram. Dari segi kapasitas, Miligram berukuran 2 kb (gzip), sehingga kamu lebih cepat ketika mendesain website atau aplikasi.
Fitur unggul Miligram adalah flexbox grid yang membuat penataan antar elemen lebih rapi. Selain itu, MIligram juga responsif dan kompatibel di segala perangkat dan browser. Tidak kalah penting, punya banyak variable tema minimalis.
4. Bootstrap
Framework CSS Bootstrap sangat terkenal di kalangan front end developer. Dibuat pada pertengahan tahun 2010, Bootstrap sebelumnya adalah framework open source. Dari segi filosofi, Bootstrap dominan untuk programmer mobile, sehingga jika kamu mendesain layout sesuai ukuran smartphone jadi lebih mudah.
Fitur unggulan Bootstrap adalah desainnya yang responsif dengan sistem grid. Fiturnya juga beragam, mulai dari layout, website template, tema, hingga koleksi user interface (UI).
Bootstrap juga tersedia flexbox yang memudahkan kamu mengatur elemen. Bootstrap juga didukung LESS dan SASS, yakni bahasa pra-prosesor untuk menulis kode CSS secara terstruktur.
Last but not least, Bootstrap memiliki komunitas developer yang luas lho. Kamu bisa banyak belajar dari sana.
5. Bulma
Meski termasuk pendatang baru, Bulma termasuk contoh framework yang terkenal di kalangan front-end developer. Berbasis CSS, Bulma digunakan oleh 200 ribu lebih developer.
Dari segi fitur, keunggulan framework terbaik ini memiliki CSS class yang mudah terbaca dan mobile-friendly. Bahkan, jenis file-nya murni tanpa JavaScript, hanya.css.
Selain itu, Bulma memiliki flexbox sebagai sistem layouting secara fleksibel dan didukung SASS. Oh iya, Bulma juga memiliki komunitas yang luas lho seperti Bootstrap.
6. Foundation
Framework Foundation juga menjadi pilihan front end developer. Hadir sejak tahun 2011, Foundation termasuk framework open-source dengan SASS.
Uniknya, Foundation digunakan perusahaan ternama seperti Adobe, Amazon, eBay, EA, atau Mozilla.
Fitur unggulannya berupa desain front-end yang responsif, tersedia framework pembuatan email dengan tampilan menarik, mudah dikustom, dan terdapat bantuan secara penuh, termasuk online seminar secara gratis.
7. UIKit
Salah satu contoh framework yang memiliki desain minimalis dan ringan adalah UIKit. UIKit diciptakan pada tahun 2013 oleh YOOtheme.
Dari segi keunggulan fitur, UIKit memiliki desain minimalis. Komponennya juga lengkap, misalnya pre-built mulai dari Accordion, Alert, Iconnav, animations, dan lainnya. Kamu juga bisa kustom ikonnya, dan didukung LESS dan SASS. Soal kompatibilitas, UIKit fleksibel di segala browser.
Jika kamu ingin desain front-end yang lebih kompleks, UIKit juga menyediakan flexbox kok.
8. Materialize
Salah satu framework CSS terbaik adalah Materialize. Dirancang oleh Google, Materialize kebanyakan digunakan untuk desain website atau aplikasi Android.
Komponen yang disediakan juga lebih lengkap, yakni CSS, HTML, dan JavaScript. Sehingga mampu bekerja lebih responsif dan minim isu.
Di samping itu, unguglnya Materialize berkat fitur-fitur built-in, misalnya flow text, parallax element dan lainnya. Dan juga, Materialize meminimalisir waktu koding.
Banyak juga plugin yang ditawarkan di Materialize. Termasuk juga dokumentasi dan panduan yang membantu kamu saat mendesain dan koding. Tidak kalah penting, Materialize kompatibel di segala browser dan perangkat.
9. Tailwind CSS
Contoh framework dari Tailwind dapat kamu andalkan. Fitur unggulannya berupa mudah kustomisasi, karena Tailwind ditulis dengan PostCSS yang dikonfigurasi dengan JavaScript. Hasilnya, kamu lebih fleksibel kustom desain.
Tailwind juga fokus pada penggunaan utility classes, sehingga desain kamu unik. Tidak lupa juga terdapat flexbox untuk pengaturan layout. Alhasil, desain yang dihasilkan cenderung responsif dan kompatibel.
10. NES.css
Framework NES.css justru unik. Menurut laman Github, NES.css termasuk framework CSS dengan gaya NES itu sendiri. Di samping itu, NES.css juga tidak menyertakan JavaScript.
11. Gutenberg
Nah, berbeda dengan framework CSS lainnya, Gutenberg justru digunakan di WordPress. Menurut laman Github, Gutenberg termasuk framework modern yang memiliki penampilan seperti tulisan hasil mesin cetak.
Fitur unggulan Gutenberg berupa hide elements dengan menambahkan class no-print, melakukan force break page, menghindari break inside, tidak format ulang link atau akronim, hingga melakukan force to print background.
12. Semantic UI
Contoh framework CSS seperti Semantic UI juga dapat kamu pertimbangkan. Sebabnya, Semantic UI fokus pada penggunaan human-friendly HTML, sehingga desain front-end lebih update.
Dari segi keunggulan fitur, Semantic UI juga menyediakan lebih dari 3.000 variabel tema dengan 50 ribu komponen UI. Ini yang membuat Semantic UI unggul dari Bootstrap.
Penulisan class dalam koding HTML jadi lebih mudah, disertai dengan kode JavaScript yang intuitif.
13. Skeleton
Berbeda dengan contoh framework lainnya, Skeleton justru framework yang memiliki 400 baris jenis kode.
Meskipun demikian, kamu tetap dapat menciptakan desain kompleks dan responsif di segala perangkat. Karena itu, Skeleton sering digunakan developer untuk mengerjakan proyek kecil dan menjadi pilihan pemula yang ingin belajar framework CSS.
14. Bourbon
Bagaimana dengan Bourbon? Menurut laman Github, Bourbon termasuk toolkit, yang mendekati pustaka daripada sebuah framework.
Bourbon sendiri tidak menyediakan styling, namun menyediakan utilitas yang dapat membantu kamu menggunakan CSS pre-prosesor.
Nah, Bourbon termasuk salah satu tool set yang menggunakan SASS yang ringan dan cepat.
15. Water.css
Contoh framework CSS terakhir adalah Water.css. Dari segi nama simpel bukan? Dilansir dari laman Stackshare.io, Water.css adalah sebuah koleksi CSS yang membuat website kamu makin menarik. Dari segi kapasitas ukurannya juga kecil, yakni kurang dari 2 kb.
Tidak kalah penting, framework terbaik seperti Water.css juga responsif dan didukung oleh browser modern. Menarik bukan?
Nah itulah pembahasan 15 framework CSS beserta contoh-contohnya. Kamu ingin coba yang mana nih guys?